Khamis

(TEMPAT-TEMPAT KELUARNYA HURUF)





مخارج الحروف


Semua huruf Hijaiyyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat keluar) tersendiri. Secara umum makharijul huruf terbagi menjadi lima bagian:
1. الجوف : Al Jauf (rongga mulut dan tenggorokan)
2. الحلق : Al Halq (tenggorokan)
3. اللسان : Al Lisan (lidah)
4. الشفتين : Asy Syafatain (kedua bibir)
5. الخيشوم : Al Khaisyum (rangga hidung)

1. الجوف (AL JAUF)
Al Jauf secara bahasa adalah “lubang atau lingkaran.” Sedangkan dalam istilah tajwid, al-jauf adalah suara atau bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan tenggorokan. Al Jauf juga disebut sebagai tempat keluarnya huruf-huruf mad (panjang): (و ي ا ). Huruf-huruf mad ialah:
a. Alif, yang didahului harakat fathah : ا َ-
b. Ya’ sukun yang didahului harakat kasrah : ِ ي-
c. Wawu sukun yang didahului harakat dhummah :ُو -
Contoh-contoh bacaan Al Jauf :

يَاأَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُوا -قُوا أَنفُسَكُم -وَأَهْلِيكُمْ نَارًا - إِذَاجَاءَ نَصْرُاللهِ وَاْلفَتْح ِ - اَلرَّحْمَنِ الَّرحِيمِ - يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا

2. الحلق(AL HALQ)
Al Halqi adalah lubang tenggorokan. Huruf-huruf yang keluar dari lubang tenggorokan ada enam, yaitu:
(أ ه ح خ ع غ) Secara global, lubang tenggorokan di bagi menjadi tiga bagian:
1. أَقْصَى اْلحَلْقِ artinya tenggorokan bagian bawah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ء هـ
ء : أَرْسَلَ - لاَ أَعْبُدُ - إِيمَانًا - كَانَ يَؤُوسًا - مَأْكُولٌ - مَئَابًا - وَالْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ
هـ : كَيْدَهُم - يَهْدِي - وَهَّاجًا - وَإِنَّهُو - فَمَهِّلْهُمْ رُوَيْدًا - ثُمَّ يَهِيجُ - إِهْدِنَا الصِّرَطَ


2. وَسْط ُالْحَلْقِ artinya tenggorokan bagian tengah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ح ع
ح : عَلِيمًا حَكِيمًا - قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ - فَحَشَرَفَنَادَى - مِن مَحِيصٍ - فَسَبِّحْ بِحَمْدِربك
ع : عَمَّ يَتَسَاءَ لُونَ - إِنَّ مَعَ اْلعُسْرِيُسْرَا - وَعَمِلُواالصَّاِلحَاتِ - فِي عِيشَةٍالرَّاضِيَةٍ


3. أَدْنَى الْحَلْقِ adalah tenggorokan bagian atas. Huruf yang keluar darinya adalah: غ خ
خ : وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ - خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا - كَيْفَ خُلِقَتْ - وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ
غ : غَيْرِالْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم - وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا - وَمَغَانِمَ كَثِيرًا - فَإِذَافَرَغْتَ فَانصَبْ
3. اللسان(AL LISAN)
Al Lisan artinya lidah. Maksudnya, al lisan huruf-huruf yang keluar melalui lidah. Al lisan terbagi menjadi lima bagian:
1. أَقْصَى الِّلسَانِ artinya pangkal lidah.
a. Pangkal lidah (lidah bagian belakang), dengan mengangkatnya sedikit ke rongga atas, huruf yang keluar darinya adalah: ق
ق : لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ اْلقِيَمَةِ - إِقْرَءْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقْ - خَلَقَ اْلإِنسَانَ مِنْ عَلَقْ - إِقْرَءْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمْ - قَدْ أَفْلَحَ اْلمُؤْمِنُونَ

b. Pangkal lidah (sedikit ke depan), dengan menurunkannya sedikit. Keluar darinya huruf: ك
ك : أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ - وَوَضَعْنَاعَنكَ وِزْرَكَ - كِرَامًا كَاتِبِينَ - وَيُزَكِّيكُم - وَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِينَ - وَاللهُ لاَيُحِبُّ اْلمُتَكَبِّرِينَ

2. وَسْطُ الِلسَانِ artinya lidah bagian tengah. Bertemunya lidah bagian tengah dengan rongga atas, hurufnya adalah: ي -ش - ج
ج : وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ - تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِن سِجِّيلٍٍ- َكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُم أُمَّةً وَسَطاًَ - مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ - َالجِبَالَ أَوْتَادًا
ش : وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا - مِن شَرِّمَاخَلَقَ – وَبَشِّرِالصَّابِرِينَ - َئِن شَكَرْتُم - لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون َ- وَأَمْرُهُم شُورَى بَيْنَهُم
ي : الَّذِين َهُمْ يُرَاؤُنَ - يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ - يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ - يَاأَيُّهَاالنَّبِيِّ- مُصَدِّقًالمِاَ بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَةَ - وَيَوْمَ الْقِيَمَة

3. حَافَتَااللِّسَانِ artinya kedua tepi lidah. Kedua tepi lidah (kiri atau kanan) dengan geraham atas, merupakan tempat keluarnya huruf: ض
ض : وَاْلعَادِيَاتِ ضَبْحًا - وَلاَ يَخُضُّ - أَنقَضَ ظَهْرَكَ - وَلاَ الضَّــالِّينَ - وَلاَيَضُرُّكُم - فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلاً - مُضِلِّينَ عَدُدَا

4. أَدْنىَ اللِّسَانِ (lidah terdekat)
Lidah terdekat, terbagi menjadi tiga bagian:
1. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf dhad, adalah tempat keluarnya huruf: ل
ل : وَجَنَّةٍ أَلْفَافًا - لاَ أُقْسِمُ بِهَذَااْلبَلَدِ - وَلِبَاسُهُم فِيهَاحَرِيرٌ - لُؤْلُؤٌمَكْنُون - إِنَّ اْلأِنسَانَ


2. Ujung sisi lidah dengan rangga atas setelah huruf lam, adalah tempat keluarnya huruf: ن
ن : تَجْرِى مِن تَحْتِهَااْلأَنهَارٌ - وَإِذَامَسَّهُ الْخَيْرُمَنُواعًا - وَمِنهُم مَن يَقُولُ - يَمُنُّونَ عَلَيْهِم - وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً - إِنسٌ وَلاَجَانٌّ

3. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf nun, adalah tempat keluarnya huruf ر
ر : وَأَيَّدْنَهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ - وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ - بَشِيرًا وَنَذِيرًا - إِلَيْنَامَرْجِعُكُم - إِلَى فِرْعَوْنَ - إِنَّاأَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ - وَمِمَّارَزَقْنَاهُم


5. طَرْفٌ اللِسَانِ artinya ujung lidah. Ujung lidah terbagi menjadi tiga bagian:
a. Ujung lidah yang menempel pada gusi atau pangkal gigi atas, tempat keluarnya huruf: ت - د - ط
ت : تَبَّتْ يَدَاأَبِى لَهَبٍ وَتَبْ - أَتْمِمْ لَنَانُورَنَا - تَارَةً أُخْرًى – كِتَابًامَوْقُوتًا - وَالتِّينِ
د : وَاْلأَرْضَ مَدَدْنَهَا - وَلَدَارُاْلأَخِرَةِ - مَتَاعُ اْلحَيَاةِالدُّنْيَا - الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى اْلأَفْئِدَةِ
ط : وَالطُّورِ- مَسْطُورِ - تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ - يَبْسُطُ الرِّزْقَ – طَائِفَةٌأُخْرًى - بِسُلْطَانٍ

b. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi depan yang atas, yaitu tempat keluarnya huruf : ث- ذ - ظ
ث : وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ - وَبَثَّ فِيْهَا - مَثْـنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاع - ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ - وَلاَأَكْثَرَمِن ذَلِكَ وَلاَ أَكْبَرَ اِلاَّ فيِ كِتَابٍ مُبِينٍ
ذ : وَاذْكُرُوااللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا - وَلَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًاشَدِيدً - وَ إِذْقَالَ إِبْرَاهِيمُ - وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ - مَن ذَالَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
ظ : مِنَ الظَّالِمِينَ - أَظْلَمَ عَلَيْهِم - رَبَّنَاظَلَمْنَا - مِن ظُهُورِهِم لَأَظُنُّكَ – غَلِيظًاالْقَلْبِ - وَمَن أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ


c. Ujung lidah ditempatkan antara gigi atas dan gigi bawah, yaitu tempat keluarnya huruf: ص ز س
ز : وَخَلَقْنَاكُم أَزْوَاجًا - إِذَا زُلْزِلَةِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا - فَقَدْفَازَفَوْزًاعَظِيمًا - وَأَنزَلْنَامِنَ السَّمَاءِمَاءًطَهُوْرًا - أَزْوَاجًالِتَسْكُنُواإِلَيْـهَا
س : سَأَلَ سَائِلٌ - لاَيَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوٍْم - سَلْسَبِيلا - سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ - الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِالنَّاسِ - مِنَ الْجِنَّةِوَالنَّاسِ
ص : تَصْلَى نَارًا حَامِيَةٍ- صَبَبْنَاالْمَاءَ صَبَّا - فِىصُدُورِالنَّاسِ - بُكْرَةً وَأَصِيلاً - وَاَقِيْمُواالصَّلَوةَ - يَااَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُواصَلُّوعَلَيْهِ

4. الشفتين (ASY SYAFATAINI)
Asy Syafataini ialah huruf-huruf yang keluar dari kedua bibir. Huruf yang keluar dari kedua bibir, berjumlah empat huruf, yaitu ف م ب و. Keempat huruf tersebut, terbagi menjadi dua bagian, dengan perincian sebagai berikut:

1. Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas,
Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas, merupakan tempat keluarnya huruf: ف
ف : فيِ دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا - وَيُفْسِدُونَ فيِ الْأَرْضِ - فَأَكْثَرُوافِيهَاالْفَسَاد َ- فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ - الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوسَ


2. Kedua bibir:
a. Bibir dalam posisi tertutup, adalah tempat keluarnya huruf: ب dan م

ب : تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ - لِؤُلِىالْأَلْبَابِ - تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ - الْمَغْضُـوبِ
م : مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ - حُبًّاجَمًّا - وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا - أَمهِلْهُم رُوَيدًا - أَنعَمتَ
b. Bibir dalam posisi terbuka, hurufnya adalah: و

و : اذاوَقَعَةِ الْوَاقِعَةُ - وِلْدَانَ شِيبًا - وَيَوْمَ وُلِدْتُ - عِوَجًا قَيِّمًا - أَوَلمَ ْيَرَاالَّذِينَ كَفَرُوا

5. الخيشوم (AL KHAISYUM)
Al Khaisyum ialah suara yang berasal dari rongga hidung. Semua bacaan ghunnah (temasuk ikhfa’ dan iqlab), berasal dari rongga hidung. Huruf yang suaranya berada di dalam Al Khaisyum adalah ن - م apabila di tasydid, di sukun atau di antara kedua huruf tersebut, bertemu dengan huruf yang berharakat (hidup). Contoh:
ثُمَّّّّّّّّّّّّّ إِذَاشَاءَ َأَنشَرَةُ - فِي جَنّتِ النَّعِيمِ - رَسُولٍ كَرِيمٍ - مِسْكِينًاذَامَتْرَبَة- تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ



صِفَاتُ الحُرُوفِ
(SIFAT-SIFAT HURUF)

Setelah mempelajari Makharijul huruf, belumlah cukup jika tidak dilanjutkan dengan mempelajari sifat-sifat huruf. Karena sangat mungkin, seseorang dapat mengucapkan huruf ب (ba’) pada lafad لََهَبٍ وَتَبَّ dengan tepat sebagaimana makhrajnya, namun bacaan tersebut belum bisa dikatakan benar dan sempurna, sehingga harus di ucapkan sesuai dengan salah satu sifatnya, yaitu qalqalah.
Oleh karena itu, tujuan utama mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar setiap huruf yang kita ucapkan, sesuai dengan hurufnya baik tempat maupun sifatnya.
Sifat-sifat huruf terbagi menjadi dua bagian:
1. Sifat Yang Memiliki Lawan
a. Al Hams x Al Jahr
b. Asy Siddyah x Ar Rakhwah
c. Al Isti’la’ x Al Istifal
d. Al Ithbaq x Al Infitah
e. Al Idzlaq x Al Ishmat

2. Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan
a. Ash Shafir
b. Al Qalqalah
c. Al Lien
d. Al Inhiraf
e. At Takrir
f. At Tafasyi
g. Al Istithalah

SIFAT YANG MEMILIKI LAWAN
1. Segi Nafas:
a. الهَمْسُ (Al Hams), artinya keluarnya nafas ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Al Hams. Hurufnya ada sepuluh (10) yaitu:
ف - ح - ث - هـ - ش - خ - ص - س - ك - ت atau terangkum dalam kalimat فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ
Kebalikan dari Al Hams adalah Al Jahr
b. الجَهْرُ (Al Jahr) yaitu menahan nafas ketika membaca huruf-huruf yang bersifat Al Jahr. Huruf-hurufnya ada delapan belas (18), atau selain hurufnya Al Hams. Yaitu :
ع - ظ - م - و- ز- ن - ق - ا- ر- ء- ذ- ي- غ - ض - ج - د- ط - ل - ب atau terangkum dalam kalimat عَظُمَ وَزْنَ قَارِئٍ ذِيْ غَضَّ جَدَّ طَلَبِ
2. Segi Suara:
a. الشِّدَّةُ (Asy Syiddah), artinya tertahannya suara ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Asy Syiddah. Hurufnya ada delapan (8), yaitu;
أ - ج - د- ق- ط- ب - ك- ت Atau dalam kalimat; أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ
Kebalikan dari Asy Syiddah adalah Ar Rakhwah
b. الرَّخْوَةُ (Ar Rakhwah) yaitu terlepas atau keluarnya suara ketika membaca huruf-hurufnya. Hurufnya ada lima belas (15), atau selain hurufnya Asy Syiddah. Yaitu:
خ - ذ - غ - ث - ح - ظ- ف - ض- ش - و - ص - ز- ي - س - هـatau dalam kalimat خُذْغُثَّ حَظٍّ فَضٍّ شَوْصٍ زَيٍّ سَاهٍـ
Keterangan :
Antara sifat Asy Syiddah dengan Ar Rakhwah adalah At Tawassuth, yaitu mengucapkan huruf-hurufnya dengan tidak terlalu ditahan atau terlepaskan (pertengahan antara keduanya). Hurufnya adalah: ل - ن - ع - م - رatau kalimat yang berbunyi: لِنْ عُمَرْ

3. Segi Pangkal Lidah
a. الإِسْتِعْلاَءُ (Al Isti’la’) adalah terangkatnya lidah ke rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. hurufnya ada delapan (8), yaitu :
خ - ص- ض- غ- ط- ق- ر- ظ atau dalam kalimat رُخْصَ ضَغْطٍ قِظْ

Kebalikan dari sifat Al Isti’la’ adalah Al Istifal
b. الإِسْتِـفَالُ (Al Istifal), yaitui posisi lidah menurun. Huruf-hurufnya ada dua puluh (20):
ث - ب - ت - ع - ز - م -ن -ي - ج - و- د- ح-ر - ف- هـ- إ - ذ - س-ل - ش- ك- اatau dalam kalimat ثَبَتَ عَزَّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْ فَهُ إِذْ سَلَّ شَكًّا

4. Lidah dengan Rongga Mulut
a. الإِطْبَاقُ (Al Ithbaq) adalah menempelnya lidah dengan rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. Huruf yang mempunyai sifat Al Ithbaq ada empat (4), yaitu; ص - ض- ط- ظ
Kebalikan dari sifat Al Ithbaq adalah Al Infitah
b. الإِنفِتَاحُ (Al Infitah) adalah terlepasnya lidah dari rongga atas, serta terbukanya kedua bibir. Hurufnya adalah selain huruf-huruf Al Ithbaq, yaitu dua puluh lima (25) huruf :
م - ن - أ- خ - ذ - و - ج - د -س - ع - ة - ف -ز - ك - ح -ق -ل - ه - ش- ر - ب - غ - ي - ث atau مَنْ أَخَذَ وَجَدَ سَعَةً فَزَكَا حَقٌّ لَهُ شَرَبَ غَيْثُ

5. Dari Segi Mudah atau Tidaknya Mengeluarkan Huruf
a. اللإِذْلاَق ُ (Al Idzlaq), adalah mengucapkan huruf dengan mudah, karena posisi makhrajnya berada di ujung lidah atau bibir. Semua huruf yang mempunyai sifat Al Idzlaq ada enam (6);
ف - ر- م- ن- ل- ب atau terangkum dalam kalimat فِرَّ مِنْ لُبٍّ
Lawan dari sifat Al Idzlaq adalah Al Ishmat
b. الإِصْمَاتُ (Al Ishmat) yaitu mengeluarkan huruf Hija’iyyah dengan agak susah atau tertahan. Huruf-hurufnya ada dua puluh dua (22), yaitu:
ج - ز -غ - ش -س - خ - ط - ص - د - ث - ق - ة - إ - ذ -و -ع-ظ- ه - ي- ح - ض - ك atau dalam kalimat جُزَّ غَشَّ سَاخِطٍ صَدَثَقَةً إِذْوَعَظَهُ يَحُضُّكَ

Jumaat

Bapa enggan hantar anak-anak ke PLKN lagi

Lagi Berita Anak SaudaraKu

KOTA BHARU 22 Jan. - Mohd. Hussin Mohd. Yunus, 45, bapa kepada Mohd. Al-Hasyhiemi, 18, bertegas tidak akan menghantar anaknya untuk menyertai Program Latihan Khidmat Negara (PLKN) pada masa akan datang.

Katanya, seorang lagi anaknya, Nur Amirah Mohd. Hussin, 17, yang sedang menuntut di tingkatan lima di Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Lati, Pasir Mas di sini juga tidak akan dibenarkan menyertai program berkenaan.

"Saya tidak akan menghantar anak-anak saya ke program tersebut selepas apa yang berlaku ini.

"Saya tidak mahu perkara sama berulang kepada anak saya yang lain," katanya ketika ditemui di sini hari ini.

Pada 1 Januari lalu, Mohd. Al-Hasyhiemi, 18, lemas selepas terjatuh dalam longkang ketika banjir kilat di Kem PLKN Tegas Mesra di Selama, Perak.

Peserta malang itu kini sedang menerima rawatan di Unit Rawatan Rapi (ICU) Hospital Raja Perempuan Zainab II (HRPZ II) di sini.

"Saya tetap dengan keputusan saya ini walaupun dia dipanggil semula oleh Jabatan Latihan Khidmat Negara (JLKN) untuk menghabiskan latihan.

"Saya tidak mahu perasaan Mohd. Al-Hasyhiemi terganggu selepas ini kerana saya yakin dia akan trauma mengenangkan kejadian yang menimpa dirinya," katanya.

Sementara itu Mohd. Hussin berkata, buat masa ini dia tidak akan mengambil sebarang tindakan undang-undang kepada pihak berwajib mengenai kecelakaan yang berlaku terhadap anaknya itu.

Katanya, sehingga kini JLKN menunjukkan tanggungjawab yang baik dan mengambil berat terhadap kemalangan yang menimpa anaknya.

"Saya rasa bersyukur kerana JLKN mengambil berat malah pengarahnya sendiri sanggup datang melawat anak saya.

"Buat masa ini saya tidak akan mengambil apa-apa tindakan undang-undang namun saya tidak pasti pada masa akan datang," katanya.

Utusan Malaysia

pemain bola sepak arab

Mohamed Aboutreika adalah nama yang tidak asing di dunia Arab, terutama dikalangan peminat bolasepak Arab. Beliau mungkin tidak terkenal dikalangan rakyat awam Malaysia yang lebih cenderung mengikuti perkembangan bolasepak Eropah. Tapi pada mata sebenar, beliau merupakan seorang tokoh ahli sukan yang harus dibanggakan dan dihayati kisahnya.
Aboutreika merupakan seorang pemain bolasepak kebangsaan Mesir. Melalui sepakan beliau, sudah dua kali Allah mengurniakan kemenangan kepada pasukan Mesir dalam Kejohanan piala negara-negara Africa (African Cup of Nations, ACN). Bahkan pada awal 2008 beliau telah diundi melalui International Federation of Football History & Statistics (IFFHS) sebagai pemain bola sepak paling popular di dunia.Pada Januari 2008 lalu, sewaktu ACN di Ghana, dalam satu perlawanan kumpulan Mesir menentang Sudan, beliau telah menimbulkan kekecohan dalam dunia bolasepak dan Confederation of African Football (CAF) dengan satu adegan kontroversi, tapi sangat bermakna pada umat Islam.

Beliau yang menyarung jersey nombor 22 menjaringkan gol pertamanya dalam ACN lalu menyingkap jerseynya yang mendedahkan t-shirt yang dipakai di dalam dengan tulisan "تعاطفا مع غزة Sympathize With Gaza". Tindakan ini diambil dalam usaha membangkitkan kesedaran masyarakat terhadap Gaza yang ketika itu baru sahaja ditutup sempadannya dari semua arah dan disekat semua bekalan kemanusiaan oleh penjajah zionist Israel. Bahkan, penduduk Gaza dengan desperate terpaksa memecahkan benteng Rafah untuk tembus ke Mesir untuk mendapatkan bekalan.
Peristiwa di Stadium Ohene Djan, Accra, Ghana itu mengundang perhatian dunia. Pengadil menghukum Aboutreika dengan kad kuning. CAF memberi amaran kepadanya. Dunia bercampur-campur perasaan mengenainya. Reaksi dunia yang sebahagian besarnya mengecam tindakan Aboutreika ini cukup bertentangan. Sedangkan pada World Cup 2006 yang lalu, seorang pemain Ghana secara terbuka mengibarkan bendera Israel selepas menjaringkan gol, namun tidak dikenakan sebarang tindakan. Dia hanya perlu meminta maaf kerana mengusik isu sensitif kepada bangsa Arab. Aboutreika pula menerima pelbagai tohmahan dan amaran kerana dikatakan membawa mesej berunsur politik. Namun, Aboutreika terpaksa menjelaskan mesejnya lebih berupa humanitarian.
Walaubagaimanapun, umat Islam tetap menjulangnya tinggi kerana berani menyuarakan perasaan umum umat Islam, berani menanggung risiko untuk saudara-saudarinya di Gaza, berani berseorangan menegakkan kebenaran.Di Gaza, satu pertandingan bolasepak yang dianjurkan telah diberi nama Piala Aboutreika bagi menghargai tokoh tersebut yang peka dan memperjuangkan isu mereka (rakyat Gaza) dan sanggup menghadapi kesusahan yang boleh menggugat kariernya.
Selain peristiwa "Sympathize with Gaza", Aboutreika juga pada 2006 pernah menyingkapkan t-shirt dengan mesej "We Sacrifice Ourselves for You Prophet Muhammad" selepas menjaringkan gol pada ACN 2006. Mesej tersebut adalah respon berikutan lukisan karikatur zalim mengenai Nabi Muhammad S.A.W. yang diterbitkan media Denmark.
Demikianlah Aboutreika sentiasa memainkan peranannya sebagai Muslim sejati dan bermaruah dalam memperjuangkan isu umat Islam.Secara realitinya, keberanian yang dimiliki Aboutreika dalam menyuarakan kebenaran kepada dunia perlu diambil iktibar oleh para pendokong Islam.Aboutreika seorang yang terkenal kerana sentiasa akan bersujud syukur sebaik sahaja menjaringkan gol. Beliau juga dilaporkan sebagai seorang yang berakhlak mulia dan patuh kepada perintah agama.
Disamping itu, beliau juga seorang yang bergiat aktif dalam kerja-kerja kemanusiaan, membasmi kemiskinan dan aktiviti-aktiviti social service yang lain. Dari sini kita boleh mendapat gambaran kecenderungan, prinsip dan kekuatan beliau yang unik. Melalui trademark sujudnya dan qudwahnya ini juga, terbaru dari Islamonline.net pada 24 Nov 2008, beliau telah pun menarik ramai rakyat Congo memeluk Islam. "..merupakan pendakwah Islam", menurut Mufti Congo, Sheikh Abdullah Mingala Lwaba.
Ahli-ahli sukan lain, terutama yang beragama Islam, seharusnya meneladani Aboutreika. Kerjaya sebagai seorang ahli sukan tidak patut memisahkannya dari tanggungjawab Islam. Kelebihan yang dimilikinya seharusnya ditujukan untuk keuntungan agama. Bahkan, kerjaya tersebut sepatutnya lebih mengeratkannya dengan Tuhan Pengatur segala keputusan, lalu dia mematuhi segala anjuran dan perbatasan yang telah ditetapkan Allah. Ini adalah satu saranan khusus buat atlet-atlet Muslim.Kemenangan Mesir dalam Piala negara-negara Afrika awal 2008 lalu yang menang 1-0 ke atas Cameroon dalam perlawanan final. Biar melalui kejohanan dengan penuh kontroversi, namun gol tunggal kemenangan Mesir itu dijaringkan oleh, tidak lain tidak bukan, Mohamed Aboutreika! Tahniah di atas kejayaan yang berliku jalannya!

Isnin

BERITA SEDIH PELATIH PLKN




BERITA SEDIH,PILU,MENYAYATKAN HATIKU APABILA KEJADIAN MENIMPA ANAK SAUDARAKU DISAYANGI,AKU MEMANG SANGAT TAK BERPUASHATI DI ATAS APA YANG BERLAKU,WALAU SEGALANYA TAKDIR ILAHI NAMUN KECUAIAN PIHAK TERSEBUT MEMBUATKAN HATIKU TERASA KECEWA SANGAT.

AHMAD Al-Hashyiemi koma selepas terjatuh dalam longkang menerima rawatan di Hospital Raja Perempuan Zainab II, Kota Bharu.


KOTA BHARU: Bapa pelatih Program Latihan Khidmat Negara (PLKN) yang dimasukkan ke Unit Rawatan Rapi (ICU) Hospital Raja Perempuan Zainab II (HRPZ II) dekat sini, meminta Jabatan Latihan Khidmat Negara (JLKN) meningkatkan ciri keselamatan di semua kem latihan PLKN.

Md Hussin Yunus, 45, berkata ciri ini penting dan harus diberi keutamaan kerana membabitkan nyawa pelatih yang kebanyakannya masih baru dengan suasana di kem.

"Ini berkaitan dengan nyawa dan keselamatan anak kita. Saya mempunyai lima lagi anak yang mungkin terpilih menyertai PLKN. Selepas kejadian ini, saya agak takut untuk membenarkan anak saya menyertainya dan mungkin akan memohon untuk pelepasan," katanya.



Beliau berkata demikian ketika menziarah anaknya, Ahmad Al-Hashyiemi, 17, yang kini dimasukkan ke Unit Rawatan Rapi (ICU) Hospital Raja Perempuan Zainab II (HRPZ II) selepas terjatuh ke dalam longkang di Kem PLKN Tegas Mesra, Selama Perak, 1 Januari lalu.

Dalam kejadian kira-kira jam 5 petang itu, Ahmad Al-Hashyiemi dilaporkan hampir lemas selepas terjatuh ke dalam longkang yang digenangi air di kem terbabit ketika mengangkut barang dalam operasi pemindahan akibat banjir.

Bagaimanapun, dia sempat diselamatkan oleh seorang jurulatih kem yang kebetulan berada di tempat kejadian tetapi pengurusan tidak memaklumkan kepada keluarganya.


MD HUSSIN menunjukkan laporan kejadian yang dikeluarkan pihak Kem PLKN Tegas Mesra, Selama, Perak ketika ditemui di HRPZ II, Kota Bharu, semalam.


Md Hussin berkata, anaknya itu tidak mengalami sebarang perubahan sejak dimasukkan ke ICU hospital berkenaan kelmarin.

Katanya, doktor memberitahu keadaannya tenat dan bergantung kepada alat bantuan penafasan sepenuhnya kerana sukar bernafas.

Katanya, beliau tidak bercadang mengambil tindakan undang-undang terhadap PLKN sebaliknya ingin menumpukan kepada anak keduanya itu yang kritikal.

DARI BERITA HARIAN

Ahad



KECUAIAN KAKITANGAN JLKN & PLKN?

BERITA SEDIH YANG DIHADAPI KELUARGA KAMI :
BERLAKU PADA ANAK SAUDARA SAYA(Tuan BLOG ni)

(Pada 18/1/09 diberita jam 8 tv3 disiarkan temuramah dengan abg saya hj mohd Hussin m.yunus),saya kesal dengan kecuaian dan kurang cakna pihak jurulatih dan pihak pengurusan plkn tentang kebajikan pelatih,jadi kes baru nak ambik peduli dan tindakan serius.



Sekarang masih koma di icu Kota Bharu,doakan moga cepat sembuh ye...



JLKN rawat segera pelatih sakit, cedera
Oleh Wan Faizal Ismayatim
wfaizal@bharian.com.my

http://www.bharian.com.my/Current_News/BH/Sunday/Nasional/20090118033835/Article/

Ahmad Al-Hashyiemi dipindah ke kem lain

KOTA BHARU: Jabatan Latihan Khidmat Negara (JLKN) sudah mengambil tindakan sewajarnya bagi memastikan seorang pelatihnya diberikan rawatan segera selepas terjatuh ke dalam longkang ketika operasi pemindahan akibat banjir di Kem PLKN Tegas Mesra, Selama, Perak, pada 1 Januari lalu.

Ketua Pengarah JLKN, Datuk Abdul Hadi Awang Kechil, berkata pelatih Program Latihan Khidmat Negara (PLKN) itu, Ahmad Al-Hashyiemi Md Hussin, yang berasal dari Kelantan kini dirawat di Hospital Raja Perempuan Zainab II (HRPZ II), di sini, selepas didapati dijangkiti kuman.

"Pelatih terbabit sudah ditukarkan ke Kem Cancun Park, Pasir Mas dan saya sudah mengarahkan komandan serta kakitangan kem supaya sentiasa bersama pelatih terbabit dan mengemu-kakan laporan status kesihatannya dari semasa ke semasa.

"Malah, saya juga sudah berhubung dengan bapa pelatih terbabit untuk mendapatkan maklum balas berkenaan kejadian itu," katanya menerusi kenyataan di sini, semalam.

Sebelum ini, akhbar melaporkan, bapa pelatih berkenaan, Md Hussin Yunus, mendakwa anaknya terjatuh ke dalam longkang di kem itu ketika memindahkan barang ke tempat selamat sehingga menyebabkan anaknya terpaksa menjalani pemeriksaan kesihatan.

Beliau dilaporkan berkata, ketika kejadian, longkang itu tidak dapat dilihat kerana digenangi banjir setinggi paras lutut. Malah, beliau kesal kerana tidak dimaklumkan mengenai kejadian itu lebih awal dan mahu mengambil tindakan undang-undang terhadap JLKN.

Abdul Hadi berkata, kejadian berlaku jam 5 petang pada 1 Januari lalu ketika hujan lebat yang menyebabkan sebahagian kawasan Kem PLKN Tegas Mesra dimasuki air dan semua pelatih yang berada di kawasan rendah dipindahkan ke dewan.

"Ketika dalam perjalanan ke tempat penginapan, Ahmad Al-Hashyiemi terjatuh ke dalam longkang yang dipenuhi air dan dia dibawa untuk pemeriksaan di pusat perubatan kem dan mendapati keadaannya normal.

"Bagaimanapun, dia didapati mengalami kesakitan di bahu dan dinasihatkan berehat di bilik rawatan sebelum perkara itu dimaklumkan pelatih berkenaan kepada ibu bapanya.

"Oleh kerana mengalami tekanan perasaan, beliau dibawa ke Hospital Selama pada 2 Januari untuk pemeriksaan lanjut, keadaannya didapati stabil dan dibenarkan pulang ke kem untuk berehat selama sehari," katanya.

Abdul Hadi berkata, ibu bapa pelatih terbabit yang tiba di kem itu pada 3 Januari memohon membawa anak mereka pulang ke Kelantan dan kelulusan juga diberi bagi membolehkannya ditukar ke Kem Cancun Park.

"Ahmad Al-Hashyiemi melapor diri kem Cancun Park pada 11 Januari tetapi menjalani pemeriksaan pada keesokan harinya kerana didapati menggigil sebelum dirujuk ke Hospital Pasir Mas dan ditahan tiga hari untuk pemeriksaan.

"Bagaimanapun, pelatih terbabit kemudian dirujuk ke HRPZ II dan pemeriksaan mendapati dia menghidapi jangkitan kuman, keadaannya kini dilaporkan semakin pulih,” katanya.

Kejamnya Yahudi













Sabtu

air selusuh

Kebanyakkan dalam masyarakat kita,apabila ada ada wanita sudah tiba di saat kelahiran,samada kelahiran pertama atau kesekian kalinya macam-macam cara orang kita berusaha untuk memudahkan si ibu melahirkan anak.Sehinggakan melibatkan kekancah kesyirikan dan sebagainya.
Setiap Wanita yang mengandung amat mengharapkan agar dapat melahirkan anak dengan mudah dan selamat. Lalu ada yang berjumpa bomoh untuk meminta air selusuh dan seumpamanya. Perbuatan berjumpa bomoh ini hendaklah dijauhkan apatah lagi ia boleh membawa syirik apabila berubat dengan bomoh yang meminta pertolongan 'makhluk ghaib' dalam melaksanakan perubatan. Sebenarnya, air / minyak selusuh boleh dibuat sendiri atau merujuk kepada pengamal perubatan Islam. Doa yang boleh digunakan untuk membuat selusuh ialah (sila rujuk buku Rawatan Pesakit Menurut al-Quran dan As Sunnah - Prof Dr Haron Din & Dr Amran Kasimin):
i. Surah al-Fatihah
ii. Baca ayat "Lau Anzalna ... akhir" (Surah al-Hasyr)
iii. Solawat Syifa'
iv. Doa berikut: اللهم بِحَقِّ مريم وبِحَقِّ مَنْ أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سورةُ مريم خَفِّفْ عَنْهَا (سبوت نام) آلامها المَخَاض برحمتك يا أرحم الراحمين
Selepas baca doa-doa tersebut, tiup di air yang disediakan (sebaiknya air zam-zam). Air diberi minum seminggu sebelum tarikh jangka kelahiran bayi dan disapukan di perut ibu dari atas ke bawah diserta dengan selawat sebanyak tujuh kali. Air / minyak diminum satu sudu ketika sakit mulai terasa. Bagi ibu yang menghadapi masalah bayi melintang, sapukan air dari perut ke bawah, betulkan kedudukan bayi kemudian diberi minum air.Insyaallah hamba akan tambah lagi petua-petuanya bila kesempatan...Sekian...

Bantuan Jin?

Pada zaman jahiliyah, jika melewati suatu lembah orang-orang Arab biasa minta perlindungan kepada jin yang menguasai lembah tersebut dari gangguan jin-jin jahat. Perbuatan itu termasuk kemusyrikan. Karena meminta perlindungan (isti’adzah) dari musibah-musibah termasuk jenis doa, sedangkan doa termasuk ibadah. Maka mempersembahkan ibadah kepada selain Alloh merupakan kemusyrikan.
Syaikh Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh berkata: “Para ulama telah sepakat bahwa tidak boleh isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Alloh”. (Fathul Majid, hlm: 146, penerbit: Dar Ibni Hazm)Alloh Ta’ala memberitakan perbuatan orang-orang jahiliyah itu di dalam firmanNya:وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا {6}Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa (ketakutan). (QS. 72:6)Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al-Qor’awi berkata: “Ayat yang mulia ini menunjukkan keharoman isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Alloh, oleh karena itulah isti’adzah merupakan ibadah, dan mempersembahkan ibadah kepada selain Alloh merupakan kemusyrikan”. (Al-Jadid Syarh Kitab At-Tauhid, hlm: 121)Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi berkata: “Bahwa keadaan sesuatu yang menghasilkan manfaat duniawi, yang berupa tertolaknya keburukan atau datangnya kebaikan, tidaklah menunjukkan bahwa hal itu tidak termasuk syirik”.
Syaikh Al-‘Utsaimin menjelaskan perkataan di atas dengan mengatakan: “Makna perkataan beliau: bahwa sesuatu itu terkadang termasuk syirik, walaupun padanya menghasilkan manfaat bagimu. Maka terjadinya manfaat tidaklah memastikan ketiadaan syirik. Manusia memang terkadang mendapatkan manfaat dengan sesuatu yang syirik. Cotohnya: Jin terkadang dapat melindungimu, tetapi (minta perlindungan kepada jin) ini merupakan syirik, walaupun padanya terdapat manfaat.
Contoh lainnya: Seseorang terkadang bersujud kepada raja, lalu raja itu memberikan berbagai harta benda dan istana-istana kepadanya. Ini merupakan syirik, walaupun padanya terdapat manfaat”. (Al-Qoulul Mufid 1/258; karya Syaikh Al-‘Utsaimin)Imam Ibnu Katsir membawakan beberapa penjelasan para ahli tafsir tentang ayat ini. Di antaranya sebagai berikut:As-Suddi mengatakan: “Dahulu seorang laki-laki keluar dengan keluarganya, lalu mendatangi suatu tempat, lalu singgah di di sana, lalu dia mengatakan: “Aku berlindung kepada tuan (penguasa) lembah ini dari jin yang menggangguku atau hartaku, atau anakku atau ternakku”.Ikrimah mengatakan: “Dahulu jin merasa takut -atau lebih takut- kepada manusia sebagaimana manusia takut kepada jin.
Jika mereka (manusia) singgah di suatu lembah, jin lari. Lalu pemimpin rombongan manusia itu mengatakan: “Kami berlindung kepada tuan (penguasa jin) yang tinggal di lembah ini”. Maka jin mengatakan: “Kita melihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka”. Kemudian jin mendekati manusia dan menimpakan kegilaan kepada mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir, surat Al-Jin: 6)Mulla Ali Al-Qori Al-Hanafi mengatakan: “Tidak boleh isti’adzah (minta perlindungan) kepada jin, karena Alloh Ta’ala telah mencela orang-orang kafir terhadap hal itu –lalu beliau menyebutkan ayat: 6 surat Al-Jin- dan Alloh juga berfirman:وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ {128}Dan (ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia".
Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: "Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat tinggal kamu, dan kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. 6:128)Adapun manusia mendapatkan kesenangan dari jin yaitu: di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, melaksanakan perintah-perintahnya, dan memberitahukan sesuatu dari perkara-perkara yang ghoib.
Sedangkan jin mendapatkan kesenangan dari manusia yaitu: pengangungan manusia kepada jin, isti’adzah (minta perlindungan) manusia kepada jin, dan ketundukan manusia kepada jin”. (Dinukil dari Fathul Majid, hlm: 146, penerbit: Dar Ibni Hazm)Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Barangsiapa menyembelih binatang untuk syaithon, berdoa kepadanya, beristi’adzah (minta perlindungan) kepadanya, mendekatkan diri kepadanya dengan apa yang disukai olehnya, maka dia telah menyembah (beribadah kepada) syaithon. Walaupun dia menamakannya dengan istikhdam (mencari pelayanan / khodam). Dan dia memang benar, itu adalah istikhdam dari syaithon terhadapnya, sehingga dia menjadi termasuk para khodam (pelayan) dan penyembah syaithon, dan dengan itulah syaithon melayaninya (menjadi khodamnya).
Tetapi pelayanan syaithon terhadapnya bukanlah pelayanan ibadah (ketundukan), karena syaithon tidak akan tunduk kepadanya dan tidak akan menyembahnya, sebagaimana dia lakukan terhadap syaithon”. (Dinukil dari Fathul Majid, hlm: 147, penerbit: Dar Ibni Hazm)MACAM-MACAM ISTI’ADZAH.
Sesungguhnya agama Islam tidaklah melarang sesuatu kecuali memberi ganti dengan yang lebih baik. Oleh karena itulah Nabi Muhammad n telah mengajarkan kepada umatnya berbagai doa isti’adzah sebagai ganti isti’adzah kepada makhluk atau kepada jin yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Untuk lebih jelasnya kita lihat di sini bermacam-macam isti’adzah yang dijelaskan oleh para ulama kita:1-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada Alloh. Ini termasuk ibadah. Yaitu memohon perlindungan kepada Alloh dengan keyakinan kesempurnaan penjagaanNya dari segala keburukan, yang sedang terjadi atau akan terjadi, yang besar atau yang kecil, dari manusia, syaithon, atau makhluk yang lainnya. Seperti yang Alloh perintahkan di dalam surat Al-Falaq, An-Naas, ta’awudz, dan lainnya.2-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada sifat-sifat Alloh.
Ini juga disyari’atkan, dan hal ini sekaligus menunjukkan bahwa sifat Alloh bukanlah makhluk. Contoh hal ini adalah:عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةَ تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَDari Khoulah binti Hakim As-Sulamiyah, dia berkata: Aku telah mendengar Rosululloh n bersabda: “Barangsiapa menempati / singgah pada suatu tempat kemudian dia mengatakan: “A’uudzu bi kalimaatillaahit taammaat min syarri maa kholaq” (artinya: Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari kejahatan / keburukan yang telah Dia ciptakan), sesuatupun tidak akan membahayakannya, sampai dia berpindah dari tempat singgahnya itu”. (HR. Muslim, no: 2708; Tirmidzi; Ibnu Majah; Ahmad)3-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada makhluk dalam perkara yang makhluk mampu melakukannya.
Ini boleh hukumnya. Nabi Muhammad n bersabda:مَنْ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ اسْتَجَارَ بِاللَّهِ فَأَجِيرُوهُ وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُBarangsiapa isti’adzah (minta perlindungan) dengan menyebut Alloh, maka lindungilah dia; Barangsiapa meminta kepada kamu dengan menyebut Alloh, maka berilah dia; Barangsiapa minta keamanan dengan menyebut Alloh, maka berilah keamanan padanya; dan barangsiapa telah berbuat baik kepadakamu, maka balaslahlah dia (dengan kebaikan), jika kamu tidak mendapatkan (sesuatu untuk membalas) maka doakanlah kebaikan untuknya sampai kamu mengetahui bahwa kamu telah membalasnya”. (HR. Nasai, no: 2567; dishohihkan Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no: 254)4-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada makhluk dalam perkara yang makhluk tidak mampu melakukannya. Ini tidak boleh, dan termasuk syirik.
Contohnya: isti’adzah kepada orang-orang yang telah mati; atau kepada orang yang hidup tetapi tidak ada di hadapannya dan tidak mampu, termasuk isti’adzah kepada jin. (Lihat: Syarah Ushul Tsalatsah, hlm: 63-65; Al-Qoulul Mufid 1/256; keduanya karya Syaikh Al-‘Utsaimin)Dengan penjelasan ini, menjadi jelas mana isti’adzah yang merupakan ibadah, dan yang merupakan kemusyrikan. Walloohul Musta’an.
Daripada :http://www.abu-ukkaasyah.co.cc/

Jumaat

Imam Abu Dawud

Setelah Imam Bukhari dan Imam Muslim, kini giliran Imam Abu Dawud yang juga merupakan tokoh kenamaan ahli hadith pada zamannya. Kealiman, kesalihan dan kemuliaannya semerbak mewangi hingga kini. Abu Dawud nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadith yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadith setelah dua imam hadith Bukhari dan Muslim serta pengarang kitab Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Perkembangan dan Perlawatannya Sejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat mereguk dan menimba ilmunya.
Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. Ia belajar hadith dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain. Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadith, kemudian hadith-hadith yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali.
Di sana ia mengajarkan hadith dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadith, Ahmad bin Hanbal. Dengan bangga Imam Ahmad memujinya sebagai kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadith. Guru-gurunya Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud banyak jumlahnya.
Di antaranya guru-guru yang paling terkemuka ialah Ahmad bin Hanbal, al-Qa'nabi, Abu 'Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja', Abu'l Walid at-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id. Murid-muridnya (Para Ulama yang Mewarisi Hadithnya) Ulama-ulama yang mewarisi hadithnya dan mengambil ilmunya, antara lain Abu 'Isa at-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman an-Nasa'i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa'id al-A'rabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi dan lain-lain. Cukuplah sebagai bukti pentingnya Abu Dawud, bahawa salah seorang gurunya, Ahmad bin Hanbal pernah meriwayatkan dan menulis sebuah hadith yang diterima dari padanya.
Hadith tersebut ialah hadith yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Hammad bin Salamah dari Abu Ma'syar ad-Darami, dari ayahnya, sebagai berikut: "Rasulullah SAW. ditanya tentang 'atirah, maka ia menilainya baik." Akhlak dan Sifat-sifatnya yang Terpuji Abu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesalehannya. Ia adalah seorang sosok manusia utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya. Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan: “Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki', Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.” Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan keberagamaan, tingkah laku dan akhlak. Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian.
Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang kenyentrikan ini, ia menjawab: "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan. Pujian Para Ulama Kepadanya Abu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadith dan ilat-ilatnya. Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud: "Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadith, dan di akhirat untuk surga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia." Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang berkunjung kepada tuan." Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilahkan duduk. Kemudian Sahal berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan keadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya, akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," tandan Abu Dawud. Lalu Sahal berkata: "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadith dari Rasulullah SAW. sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian dicium oleh Sahal. Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadith berkata: "Hadith telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud." Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadith. Ia telah mempermudah yang sulit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik. Abu Bakar al-Khallal, ahli hadith dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya. Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapa pun pada masanya. Madzhab Fiqh Abu Dawud Syaikh Abu Ishaq asy-Syairazi dalam asy-Syairazi dalam Tabaqatul-Fuqaha-nya menggolongkan Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Demikian juga Qadi Abu'l-Husain Muhammad bin al-Qadi Abu Ya'la (wafat 526 H) dalam Tabaqatul-Hanabilah-nya. Penilaian ini nampaknya disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang istimewa. Menurut satu pendapat, Abu Dawud adalah bermadzhab Syafi'i. Menurut pendapat yang lain, ia adalah seorang mujtahid sebagaimana dapat dilihat pada gaya susunan dan sistematika Sunan-nya.
Terlebih lagi bahawa kemampuan berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadith pada masa-masa awal. Memandang Tinggi Kedudukan Ilmu dan Ulama Sikap Abu Dawud yang memandang tinggi terhadap kedudukan ilmu dan ulama ini dapat dilihat pada kisah berikut sebagaimana dituturkan, dengan sanad lengkap, oleh Imam al-Khattabi, dari Abu Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud. Ia berkata: "Aku bersama Abu Dawud tinggi di Baghdad. Pada suatu waktu, ketika kami selesai menunaikan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu pintu aku buka dan seorang pelayan melaporkan bahawa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq mohon ijin untuk masuk. Kemudian aku melapor kepada Abu Dawud tentang tamu ini, dan ia pun mengijinkan. Sang Amir pun masuk, lalu duduk.
Tak lama kemudian Abu Dawud menemuinya seraya berkata: "Gerangan apakah yang membawamu datang ke sini pada saat seperti ini?" "Tiga kepentingan," jawab Amir. "Kepentingan apa?" tanyanya. Amir menjelaskan, "Hendaknya tuan berpindah ke Basrah dan menetap di sana, supaya para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia datang belajar kepada tuan; dengan demikian Basrah akan makmur kembali. Ini mengingat bahawa Basrah telah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedy Zenji." Abu Dawud berkata: "Itu yang pertama, sebutkan yang kedua!" "Hendaknya tuan berkenan mengajarkan kitab Sunan kepada putra-putraku," kata Amir. "Ya, ketiga?" Tanya Abu Dawud kembali. Amir menerangkan: "Hendaknya tuan mengadakan majlis tersendiri untuk mengajarkan hadith kepada putra-putra khalifah, sebab mereka tidak mau duduk bersama-sama dengan orang umum." Abu Dawud menjawab: "Permintaan ketiga tidak dapat aku penuhi; sebab manusia itu baik pejabat terhormat maupun rakyat melarat, dalam bidang ilmu sama." Ibn Jabir menjelaskan: "Maka sejak itu putra-putra khalifah hadir dan duduk bersama di majlis taklim; hanya saja di antara mereka dengan orang umum di pasang tirai, dengan demikian mereka dapat belajar bersama-sama." Maka hendaknya para ulama tidak mendatangi para raja dan penguasa, tetapi merekalah yang harus datang kepada para ulama.
Dan kesamaan darjat dalam ilmu dan pengetahuan ini, hendaklah dikembangkan apa yang telah dilakukan Abu Dawud tersebut. Tanggal Wafatnya Setelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan aktivitas ilmia, menghimpun dan menyebarluaskan hadith, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepadanya. Karya-karyanya Imam Abu Dawud banyak memiliki karya, antara lain: · Kitab AS-Sunnan (Sunan Abu Dawud). · Kitab Al-Marasil. · Kitab Al-Qadar. · An-Nasikh wal-Mansukh. · Fada'il al-A'mal. · Kitab Az-Zuhd. · Dala'il an-Nubuwah. · Ibtida' al-Wahyu. · Ahbar al-Khawarij.
Di antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi dan masih tetap beredar adalah kitab Amerika Serikat-Sunnan, yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud. Kitab Sunan Karya Abu Dawud Metode Abu Dawud dalam Penyusunan Sunan-nya Karya-karya di bidang hadith, kitab-kitab Jami' Musnad dan sebagainya disamping berisi hadith-hadith hukum, juga memuat hadith-hadith yang berkenaan dengan amal-amal yang terpuji (fada'il a'mal) kisah-kisah, nasehat-nasehat (mawa'iz), adab dan tafsir. Cara demikian tetap berlangsung sampai datang Abu Dawud. Maka Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadith-hadith hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang indah dan baik. Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadith-hadith shahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadith shahih, hadith hasan, hadith dha'if yang tidak terlalu lemah dan hadith yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadith-hadith yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya. Cara yang ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis sbb: "Aku mendengar dan menulis hadith Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu, aku seleksi sebanyak 4.800 hadith yang kemudian aku tuangkan dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadith-hadith shahih, semi shahih dan yang mendekati shahih.
Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadith pun yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkan. Segala hadith yang mengandung kelemahan yang sangat ku jelaskan, sebagai hadith macam ini ada hadith yang tidak shahih sanadnya. Adapun hadith yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadith tersebut bernilai salih (bias dipakai alasan, dalil), dan sebahagian dari hadith yang shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab, sesudah Qur'an, yang harus dipelajari selain daripada kitab ini. Empat buah hadith saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang.
Hadith tersebut adalah, yang ertinya:
Pertama: "Segala amal itu hanyalah menurut niatnya, dan tiap-tiap or memperoleh apa yang ia niatkan. Kerana itu maka barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya kerana untuk mendapatkan dunia atau kerana perempuan yang ingin dikawininya, maka hijrahnya hanyalah kepada apa yang dia hijrah kepadanya itu."
Kedua: "Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya."
Ketiga: "Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia merelakan untuk saudaranya apa-apa yang ia rela untuk dirinya."
Keempat: "Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun telah jelas pula. Di antara keduanya terdapat hal-hal syubhat (atau samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, maka ia telah terjerumus ke dalam perbuatan haram, ibarat penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat tempat terlarang.
Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa itu mempunyai larangan. Ketahuilah, sesungguhnya larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ingatlah, di dalam rumah ini terdapat sepotong daging, jika ia baik, maka baik pulalah semua tubuh dan jika rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah, ia itu hati." Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Hadith pertama adalah ajaran tentang niat dan keikhlasan yang merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan duniawiah. Hadith kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi ummat Islam agar selalu melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan dunia. Hadith ketiga, mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga, berlaku baik dalam pergaulan dengan orang lain, meninggalkan sifat-sifat egoistis, dan membuang sifat iri, dengki dan benci, dari hati masing-masing. Hadith keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan tentang halal haram, serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara', yaitu dengan cara menjauhi hal-hal musykil yang samar dan masih dipertentangkan status hukumnya oleh para ulama, kerana untuk menganggap enteng melakukan haram. Dengan hadith ini nyatalah bahawa keempat hadith di atas, secara umum, telah cukup untuk membawa dan menciptakan kebahagiaan.
Komentar Para Ulama Mengenai Kedudukan Kitab Sunan Abu Dawud Tidak sedikit ulama yang memuji kitab Sunan ini. Hujatul Islam, Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: "Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui hadith-hadith ahkam." Demikian juga dua imam besar, An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam pengambilan hukum. Hadith-hadith Sunan Abu Dawud yang Dikritik Imam Al-Hafiz Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadith yang dicantumkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadith-hadith maudhu’ (palsu). Jumlah hadith tersebut sebanyak 9 buah hadith. Walaupun demikian, disamping Ibnul Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah memvonis "palsu", namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebahagian ahli hadith, seperti Jalaluddin as-Suyuti.
Dan andaikata kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnul Jauzi tersebut, maka sebenarnya hadith-hadith yang dikritiknya itu sedikit sekali jumlahnya, dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadith yang terkandung di dalam kitab Sunan tersebut. Kerana itu kami melihat bahawa hadith-hadith yang dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai referensi utama yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahanya. Jumlah Hadith Sunan Abu Dawud Di atas telah disebutkan bahawa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadith sebanyak 4.800 buah hadith. Namun sebahagian ulama ada yang menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadith.
Perbedaan jumlah ini disebabkan bahawa sebahagian orang yang menghitungnya memandang sebuah hadith yang diulang-ulang sebagai satu hadith, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadith atau lebih. Dua jalan periwayatan hadith atau lebih ini telah dikenal di kalangan ahli hadith. Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah, di antaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1,871 buah bab. Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah.

Imam Muslim

Penghimpun dan penyusun hadith terbaik kedua setelah Imam Bukhari adalah Imam Muslim. Nama lengkapnya ialah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia juga mengarang kitab As-Shahih (terkenal dengan Shahih Muslim). Ia salah seorang ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal hingga kini. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. menurut pendapat yang shahih sebagaimana dikemukakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya 'Ulama'ul-Amsar.
Kehidupan dan Lawatannya untuk Mencari Ilmu Ia belajar hadith sejak masih dalam usia dini, yaitu mulaii tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dalam lawatannya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk berguru hadith kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu 'Ansan. Di Irak ia belajar hadith kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas'Abuzar; di Mesir berguru kepada 'Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadith yang lain. Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadith, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Shahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadith-hadith yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya.
Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadith dalam Shahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalan Shahihnya hadith-hadith yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru. Wafatnya Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Guru-gurunya Selain yang telah disebutkan di atas, Muslim masih mempunyai banyak ulama yang menjadi gurunya. Di antaranya : Usman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu Syaibah; Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid, Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa'id al-Ayli, Qutaibah bin Sa'id dan lain sebagainya.
Keahlian dalam Hadith Apabila Imam Bukhari merupakan ulama terkemuka di bidang hadith shahih, berpengetahuan luas mengenai ilat-ilat dan seluk beluk hadith, serta tajam kritiknya, maka Imam Muslim adalah orang kedua setelah Imam Bukhari, baik dalam ilmu dan pengetahuannya maupun dalam keutamaan dan kedudukannya. Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama ahli hadith maupun ulama lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi berketa, "Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, memperhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang dilaluinya." Pernyataan ini tidak bererti bahawa Muslim hanyalah seorang pengekor. Sebab, ia mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri dalam menyusun kitab, serta metode baru yang belum pernah diperkenalkan orang sebelumnya. Abu Quraisy al-Hafiz menyatakan bahawa di dunia ini orang yang benar-benar ahli di bidang hadith hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Muslim (Tazkiratul Huffaz, jilid 2, hal. 150). Maksud perkataan tersebut adalah ahli-ahli hadith terkemuka yang hidup di masa Abu Quraisy, sebab ahli hadith itu cukup banyak jumlahnya.
Karya-karya Imam Muslim Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya : · Al-Jami' as-Shahih (Shahih Muslim). · Al-Musnadul Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadith). · Kitabul-Asma' wal-Kuna. · Kitab al-'Ilal. · Kitabul-Aqran. · Kitabu Su'alatihi Ahmad bin Hambal. · Kitabul-Intifa' bi Uhubis-Siba'. · Kitabul-Muhadramin. · Kitabu man Laisa lahu illa Rawin Wahid. · Kitab Auladis-Sahabah. · Kitab Awhamil-Muhadditsin. Kitab Shahih Muslim Di antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami' as-Shahih, terkenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling shahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Shahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam. Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadith-hadith yang diriwayatkan, membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain.
Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedeemikian rupa, maka lahirlah kitab Shahihnya. Bukti konkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahawa ia pernah berkata: "Aku susun kitab Shahih ini yang disaring dari 300.000 hadith." Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : "Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Shahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadith. Dalam pada itu, Ibn Salah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahawa jumlah hadith Shahih Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadith. Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahawa perhitungan pertama memasukkan hadith-hadith yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung hadith-hadith yang tidak disebutkan berulang. Imam Muslim berkata di dalam Shahihnya: "Tidak setiap hadith yang shahih menurutku, aku cantumkan di sini, yakni dalam Shahihnya.
Aku hanya mencantumkan hadith-hadith yang telah disepakati oleh para ulama hadith." Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Tuhan yang diterimanya: "Apabila penduduk bumi ini menulis hadith selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini." Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadith yang diriwayatkan dalam Shahihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut : "Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadith dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadith daripadanya melainkan dengan alas an pula." Imam Muslim di dalam penulisan Shahihnya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebahagian naskah Shahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian.
Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya. Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah.

Erti Cinta

Menentukan cinta kerana Allah Cinta yang hakiki yang didasarkan kerana Allah semata-mata, ialah bila anda mencintai seseorang bukan kerana peribadinya, malah kerana kelebihan-kelebihannya yang bergantung dengan keakhiratannya. Misal cinta itu ialah: Seseorang yang mencintai gurunya sebab menerusi guru itu ia akan memperolehi ilmu pengetahuan yang akan memperbaiki amalannya. Sedang tujuan utama dari menuntut ilmu pengetahuan dan amalan yang baik itu, ialah keselamatan diri di Hari Akhirat.
Inilah yang dikatakan antara contoh-contoh cinta kerana Allah semata-mata. Misal yang lain ialah: Seorang guru mencintai muridnya, sebab kepadanya guru itu dapat menurunkan ilmu pengetahuan dan dengan sebab itu pula guru itu memperoleh pangkat seorang pendidik atau guru. Orang ini juga, dikira cintanya kerana Allah semata-mata.
Begitu pula orang yang bersedekah dengan harta bendanya kerana menuntut keredhaan Allah, atau orang yang suka mengundang tetamu di rumahnya, lalu menghidangkan berbagai-bagai makanan yang lazat, semata-mata kerana ingin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Kemudian lahirlah dalam diri orang itu perasaan sayang dan kasih terhadap tukang masaknya, kerana kemahirannya untuk menyediakan makanan-makanan yang lazat; cinta ini juga dikira sebagai cinta kerana Allah.
Misal lain lagi ialah misal seorang yang suka menyampaikan sedekah kepada orang-orang yang memerlukannya, maka perilakunya itu dikira sebagai cinta kerana Allah juga. Ataupun orang yang mencintai pekerja yang membantu mencuci pakaiannya, membersihkan rumahnya, dan memasak makanannya, yang mana dengan terlepasnya ia dari tugas-tugas ini, senanglah ia dapat menuntut ilmu atau membuat pekerjaan yang lain, sedang tujuan utama dari mempekerjakan orang itu semata-mata kerana melapangkan diri untuk memperbanyakkan ibadat, maka ia juga terkira pencinta kerana Allah. Begitu juga ia mencintai seorang kerana orang itu mencukupkan keperluannya dari wang dan pakaian, makanan dan rumah dan lain-lain keperluan yang mesti untuk kehidupan di dunia, sedang maksud orang yang menderma itu ialah supaya ia dapat melapangkan diri untuk menuntut ilmu pengetahuan yang berguna, sambil melakukan amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala maka cintanya itu dikira kerana Allah Ta’ala jua.
Segolongan para Salaf Saleh yang terdahulu, sering segala keperluannya ditanggung oleh hartawan-hartawan yang murah hati. Jadi dalam hal ini, kedua-dua pihak tergolong pencinta-pencinta yang mencari keredhaan Allah Ta’ala. Juga, jika seseorang itu menikahi seorang wanita yang salehah untuk melindungi dari godaan syaitan, serta memelihara agamanya, atau untuk menginginkan seorang anak yang saleh dari pernikahan itu, ataupun dia mencintai isterinya kerana menerusinya ia dapat sampai kepada tujuan-tujuan yang suci, seperti misal-misal yang disebutkan di atas tadi, maka ia adalah seorang pencinta kerana Allah Ta’ala.
Demikian pula, jika seseorang itu dalam hatinya tersemat cinta kerana Allah dan dunia, seperti seorang yang mencintai guru yang mendidiknya, lalu ia pun mencukupkan segala keperluan guru itu di dunia dengan wang dan sebagainya, maka ia dikira orang yang mencintai kerana Allah. Seterusnya, bukanlah dari syarat-syarat cinta kerna Allah Ta’ala itu, ia mesti tinggalkan semua nasibnya dari harta kekayaan dunia sama sekali, sebab para Nabi salawatullahi alaihim sering menyeru kita berdoa, agar Allah s.w.t. mencukupkan kedua-dua keperluan dunia dan akhirat. “Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.” (al-Baqarah: 201) Juga dalam doa yang ma’tsur berbunyi: “Ya Allah! Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memohon daripadaMu kerahmatan yang dengannya aku boleh memperoleh pangkat kehormatanMu di dunia dan di akhirat.” Bila kecintaan seseorang kepada Allah telah menjadi kukuh, niscaya akan muncul wataknya perasaan suka membantu dan menolong serta mengutamakan orang lain dari diri sendiri, bersedia untuk membelanjakan segala yang dimilikinya dari harta, jiwa dan nasihat yang baik.
Dalam hal ini manusia adalah berbeda menurut perbedaan darjat kecintaannya terhadap Allah azzawajalla. Ia akan dicuba dalam kecintaannya itu dengan berbagai-bagai percubaan yang bertalian dengan kepentingan-kepentingan dirinya, sehingga ada kalanya semua kepentingan itu sudah tidak ada yang tinggal lagi, semuanya telah dibelanjakan bagi kepentingan orang yang dicintainya itu, Terkadang-kadang ditentukan sebahagian untuk diri sendiri, manakala yang lain diberikan kepada orang-orang yang dicintainya. Tidak kurang juga, orang yang membahagikan harta kekayaannya kepada dua, satu bahagian untuk dirinya dan satu bahagian lagi untuk kekasihnya, ada yang memberikan sepertiga dari harta kekayaan, dan ada sepersepuluh dan seterusnya. Banyak atau sedikit wang yang dibelanjakan itu bergantung pada rasa cintanya terhadap orang itu, sebab tidak dapat ditentukan darjat cinta itu, melainkan dengan kadar harta yang dibelanjakan kepada para kekasihnya. Maka barangsiapa hatinya telah dipenuhi oleh rasq cinta kerana Allah, tidak ada benda-benda lain yang masih dicintakan lagi, selain dari cintanya kepada Allah semata-mata. Ketika itu tidak akan meninggalkan sesuatu benda pun dari harta kekayaannya, melainkan semuanya dibelanjakan kerana Allah s.w.t. Contoh dalam misal ini, ialah Saiyidina Abu Bakar as-Siddiq (Khalifah Islam pertama), beliau telah menyerahkan puterinya Aisyah (untuk dikahwinkan kepada Rasulullah s.a.w. – pent), sedangkan aisyah itu cahaya matanya kemudian dibelanjakan semua harta bendanya kerana Allah s.w.t.
Dengan itu disimpulkan, bahwasanya sesiapa yang mencintai seorang alim atau’ abid, ataupun dia mencintai penuntut ilmu pengetahuan atau orang yang sepanjang masanya beribadat atau membuat kebaikan, maka yakinlah bahawasanya ia mencintainya itu kerana Allah dan untuk Allah dan tentulah ia akan mendapat ganjaran pahala dan kurnia dari Allah Ta’ala menurut kadar kekuatan cintanya itu.