Sabtu

air selusuh

Kebanyakkan dalam masyarakat kita,apabila ada ada wanita sudah tiba di saat kelahiran,samada kelahiran pertama atau kesekian kalinya macam-macam cara orang kita berusaha untuk memudahkan si ibu melahirkan anak.Sehinggakan melibatkan kekancah kesyirikan dan sebagainya.
Setiap Wanita yang mengandung amat mengharapkan agar dapat melahirkan anak dengan mudah dan selamat. Lalu ada yang berjumpa bomoh untuk meminta air selusuh dan seumpamanya. Perbuatan berjumpa bomoh ini hendaklah dijauhkan apatah lagi ia boleh membawa syirik apabila berubat dengan bomoh yang meminta pertolongan 'makhluk ghaib' dalam melaksanakan perubatan. Sebenarnya, air / minyak selusuh boleh dibuat sendiri atau merujuk kepada pengamal perubatan Islam. Doa yang boleh digunakan untuk membuat selusuh ialah (sila rujuk buku Rawatan Pesakit Menurut al-Quran dan As Sunnah - Prof Dr Haron Din & Dr Amran Kasimin):
i. Surah al-Fatihah
ii. Baca ayat "Lau Anzalna ... akhir" (Surah al-Hasyr)
iii. Solawat Syifa'
iv. Doa berikut: اللهم بِحَقِّ مريم وبِحَقِّ مَنْ أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سورةُ مريم خَفِّفْ عَنْهَا (سبوت نام) آلامها المَخَاض برحمتك يا أرحم الراحمين
Selepas baca doa-doa tersebut, tiup di air yang disediakan (sebaiknya air zam-zam). Air diberi minum seminggu sebelum tarikh jangka kelahiran bayi dan disapukan di perut ibu dari atas ke bawah diserta dengan selawat sebanyak tujuh kali. Air / minyak diminum satu sudu ketika sakit mulai terasa. Bagi ibu yang menghadapi masalah bayi melintang, sapukan air dari perut ke bawah, betulkan kedudukan bayi kemudian diberi minum air.Insyaallah hamba akan tambah lagi petua-petuanya bila kesempatan...Sekian...

Bantuan Jin?

Pada zaman jahiliyah, jika melewati suatu lembah orang-orang Arab biasa minta perlindungan kepada jin yang menguasai lembah tersebut dari gangguan jin-jin jahat. Perbuatan itu termasuk kemusyrikan. Karena meminta perlindungan (isti’adzah) dari musibah-musibah termasuk jenis doa, sedangkan doa termasuk ibadah. Maka mempersembahkan ibadah kepada selain Alloh merupakan kemusyrikan.
Syaikh Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh berkata: “Para ulama telah sepakat bahwa tidak boleh isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Alloh”. (Fathul Majid, hlm: 146, penerbit: Dar Ibni Hazm)Alloh Ta’ala memberitakan perbuatan orang-orang jahiliyah itu di dalam firmanNya:وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا {6}Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa (ketakutan). (QS. 72:6)Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al-Qor’awi berkata: “Ayat yang mulia ini menunjukkan keharoman isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Alloh, oleh karena itulah isti’adzah merupakan ibadah, dan mempersembahkan ibadah kepada selain Alloh merupakan kemusyrikan”. (Al-Jadid Syarh Kitab At-Tauhid, hlm: 121)Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi berkata: “Bahwa keadaan sesuatu yang menghasilkan manfaat duniawi, yang berupa tertolaknya keburukan atau datangnya kebaikan, tidaklah menunjukkan bahwa hal itu tidak termasuk syirik”.
Syaikh Al-‘Utsaimin menjelaskan perkataan di atas dengan mengatakan: “Makna perkataan beliau: bahwa sesuatu itu terkadang termasuk syirik, walaupun padanya menghasilkan manfaat bagimu. Maka terjadinya manfaat tidaklah memastikan ketiadaan syirik. Manusia memang terkadang mendapatkan manfaat dengan sesuatu yang syirik. Cotohnya: Jin terkadang dapat melindungimu, tetapi (minta perlindungan kepada jin) ini merupakan syirik, walaupun padanya terdapat manfaat.
Contoh lainnya: Seseorang terkadang bersujud kepada raja, lalu raja itu memberikan berbagai harta benda dan istana-istana kepadanya. Ini merupakan syirik, walaupun padanya terdapat manfaat”. (Al-Qoulul Mufid 1/258; karya Syaikh Al-‘Utsaimin)Imam Ibnu Katsir membawakan beberapa penjelasan para ahli tafsir tentang ayat ini. Di antaranya sebagai berikut:As-Suddi mengatakan: “Dahulu seorang laki-laki keluar dengan keluarganya, lalu mendatangi suatu tempat, lalu singgah di di sana, lalu dia mengatakan: “Aku berlindung kepada tuan (penguasa) lembah ini dari jin yang menggangguku atau hartaku, atau anakku atau ternakku”.Ikrimah mengatakan: “Dahulu jin merasa takut -atau lebih takut- kepada manusia sebagaimana manusia takut kepada jin.
Jika mereka (manusia) singgah di suatu lembah, jin lari. Lalu pemimpin rombongan manusia itu mengatakan: “Kami berlindung kepada tuan (penguasa jin) yang tinggal di lembah ini”. Maka jin mengatakan: “Kita melihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka”. Kemudian jin mendekati manusia dan menimpakan kegilaan kepada mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir, surat Al-Jin: 6)Mulla Ali Al-Qori Al-Hanafi mengatakan: “Tidak boleh isti’adzah (minta perlindungan) kepada jin, karena Alloh Ta’ala telah mencela orang-orang kafir terhadap hal itu –lalu beliau menyebutkan ayat: 6 surat Al-Jin- dan Alloh juga berfirman:وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ {128}Dan (ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia".
Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: "Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat tinggal kamu, dan kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. 6:128)Adapun manusia mendapatkan kesenangan dari jin yaitu: di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, melaksanakan perintah-perintahnya, dan memberitahukan sesuatu dari perkara-perkara yang ghoib.
Sedangkan jin mendapatkan kesenangan dari manusia yaitu: pengangungan manusia kepada jin, isti’adzah (minta perlindungan) manusia kepada jin, dan ketundukan manusia kepada jin”. (Dinukil dari Fathul Majid, hlm: 146, penerbit: Dar Ibni Hazm)Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Barangsiapa menyembelih binatang untuk syaithon, berdoa kepadanya, beristi’adzah (minta perlindungan) kepadanya, mendekatkan diri kepadanya dengan apa yang disukai olehnya, maka dia telah menyembah (beribadah kepada) syaithon. Walaupun dia menamakannya dengan istikhdam (mencari pelayanan / khodam). Dan dia memang benar, itu adalah istikhdam dari syaithon terhadapnya, sehingga dia menjadi termasuk para khodam (pelayan) dan penyembah syaithon, dan dengan itulah syaithon melayaninya (menjadi khodamnya).
Tetapi pelayanan syaithon terhadapnya bukanlah pelayanan ibadah (ketundukan), karena syaithon tidak akan tunduk kepadanya dan tidak akan menyembahnya, sebagaimana dia lakukan terhadap syaithon”. (Dinukil dari Fathul Majid, hlm: 147, penerbit: Dar Ibni Hazm)MACAM-MACAM ISTI’ADZAH.
Sesungguhnya agama Islam tidaklah melarang sesuatu kecuali memberi ganti dengan yang lebih baik. Oleh karena itulah Nabi Muhammad n telah mengajarkan kepada umatnya berbagai doa isti’adzah sebagai ganti isti’adzah kepada makhluk atau kepada jin yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Untuk lebih jelasnya kita lihat di sini bermacam-macam isti’adzah yang dijelaskan oleh para ulama kita:1-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada Alloh. Ini termasuk ibadah. Yaitu memohon perlindungan kepada Alloh dengan keyakinan kesempurnaan penjagaanNya dari segala keburukan, yang sedang terjadi atau akan terjadi, yang besar atau yang kecil, dari manusia, syaithon, atau makhluk yang lainnya. Seperti yang Alloh perintahkan di dalam surat Al-Falaq, An-Naas, ta’awudz, dan lainnya.2-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada sifat-sifat Alloh.
Ini juga disyari’atkan, dan hal ini sekaligus menunjukkan bahwa sifat Alloh bukanlah makhluk. Contoh hal ini adalah:عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةَ تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَDari Khoulah binti Hakim As-Sulamiyah, dia berkata: Aku telah mendengar Rosululloh n bersabda: “Barangsiapa menempati / singgah pada suatu tempat kemudian dia mengatakan: “A’uudzu bi kalimaatillaahit taammaat min syarri maa kholaq” (artinya: Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari kejahatan / keburukan yang telah Dia ciptakan), sesuatupun tidak akan membahayakannya, sampai dia berpindah dari tempat singgahnya itu”. (HR. Muslim, no: 2708; Tirmidzi; Ibnu Majah; Ahmad)3-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada makhluk dalam perkara yang makhluk mampu melakukannya.
Ini boleh hukumnya. Nabi Muhammad n bersabda:مَنْ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ اسْتَجَارَ بِاللَّهِ فَأَجِيرُوهُ وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُBarangsiapa isti’adzah (minta perlindungan) dengan menyebut Alloh, maka lindungilah dia; Barangsiapa meminta kepada kamu dengan menyebut Alloh, maka berilah dia; Barangsiapa minta keamanan dengan menyebut Alloh, maka berilah keamanan padanya; dan barangsiapa telah berbuat baik kepadakamu, maka balaslahlah dia (dengan kebaikan), jika kamu tidak mendapatkan (sesuatu untuk membalas) maka doakanlah kebaikan untuknya sampai kamu mengetahui bahwa kamu telah membalasnya”. (HR. Nasai, no: 2567; dishohihkan Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no: 254)4-Isti’adzah (minta perlindungan) kepada makhluk dalam perkara yang makhluk tidak mampu melakukannya. Ini tidak boleh, dan termasuk syirik.
Contohnya: isti’adzah kepada orang-orang yang telah mati; atau kepada orang yang hidup tetapi tidak ada di hadapannya dan tidak mampu, termasuk isti’adzah kepada jin. (Lihat: Syarah Ushul Tsalatsah, hlm: 63-65; Al-Qoulul Mufid 1/256; keduanya karya Syaikh Al-‘Utsaimin)Dengan penjelasan ini, menjadi jelas mana isti’adzah yang merupakan ibadah, dan yang merupakan kemusyrikan. Walloohul Musta’an.
Daripada :http://www.abu-ukkaasyah.co.cc/